ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB
CERITA UNTUK-MU...
ilustrasi
sumber gambar : keluargakokoh.com (internet)
SANG TOPI BAMBU
Sebuah Karya dari : Hary WTRM
Kicauan burung serta
sunyi suasana pedesaan yang hampir satu tahun tak menghinggapi ku, kini kurasakan
kembali, semenjak aku tinggalkan kampung halaman menuju kota. Sudah lama
rasanya tangan tua dan tubuh lemah tak pernah kusentuh dan kupeluk, ia yang
selalu mengenakan topi bambu guna pelindung panas terik matahari di ladang, yaa
memang diriku tak pernah berkunjung lagi ke desa menemui ayah ibu. Bukan diriku
tak rindu ayah ibu, bukan pula diriku ini seorang anak durhaka pada orang
tuanya, namun kondisi ekonomi memaksa ku berbuat demikian.
***
Kembali kukenang
suasana hampir setahun yang silam, disaat ayah ibu melepas kepergian anaknya
untuk mencari ilmu. Diriku ini memang sangat ingin melanjutkan pendidikan
hingga ke jenjang perkuliahan, berbagai usaha telah kulakukan agar bisa kuliah,
hingga akhirnya semua jalur beasiswa tidak ada yang jebol satu pun. Hari itu
tiada harapan lagi untuk ku, kekecewaan mendalam coba menghantui. Namun
kehendak tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang menyertai hambanya yang
memiliki keinginan kuat, yaa teman satu sekolah ku datang membawa kabar bahagia
memberikanku amplop surat undangan kuliah di sebuah kampus dibawah kementerian
perindustrian, namun bukan jalur beasiswa.
Aku menyembunyikan
surat itu, agar ayah ibu tidak tahu bahwa diriku mendapat undangan kuliah,
karena ini bukan jalur beasiswa dan sebagai anak tertua aku tidak ingin memberikan
beban kepada ayah ibu, seharusnya akulah yang membantu mereka menyekolahkan
adik dan memenuhi kebutuhan hidup.
Sepintar-pintar
menyebunyikan bangkai, pastilah akan tercium jua baunya, aku rasa pepatah ini
cocok untuk kondisiku saat itu. Surat yang ku sembunyikan ditemukan oleh adik
ku dan diberi tahu ke ayah ibu. Singkat cerita akhirnya ayah dan ibu memaksa ku
untuk melanjutkan pendidikan dengan menerima tawaran undangan tersebut.
***
Bujuk rayuan serta
motivasi ayah ibulah yang membuatku berangkat melakukan pendaftaran ulang saat
itu. Ibuku berkata “ nak jadilah anak yang nantinya mampu mambangkik batang nan tarandam (pepatah minang, artinya mengubah
kondisi keluarga ke arah lebih baik)”, kemudian ayah juga berpesan, “sudahlah
nak, pergi saja daftar kuliah itu, jangan engkau pikirkan soal uang yang ayah
pinjam ke tetangga untuk uang pendaftaran kuliah mu, cukup ayah ibu mu saja
yang tidak mengenyam bangku pendidikan, masalah biaya-biaya selanjutnya
berusaha dan berdo’a saja, mudahan-mudahan tuhan maha kaya mengabulkan do’a
kita, sehingga engkau bisa terus kuliah hingga wisuda.”
Dengan berat akhirnya
hari itu ku langkahkan kaki, dengan bismillah mudahan-mudahan tuhan ridho
dengan jalanku ini. Sepanjang hari selalu teringat pesan ayah ibu, bahwa selalu
menjaga amal ibadah dimana pun. Ketahuilah nak, kata ayah kepada ku, tebarlah
kebaikan dimanapun kamu berpijak, jika kau tanam kebaikan engkau akan petik
kebaikan pula, tapi ingat keburukan yang kau tanam akan menghasilkan keburukan
pula. Tak mungkin bukan engkau tanam padi berbuah jagung, nah begitulah
perumpamaannya.
***
Ayah ibu adalah
Motivasiku selalu giat belajar, mereka telah bekerja keras bermodalkan tenaga
dan topi bambu lusuh, membiayai sekolah adikku dan kuliah ku, begitu besar
pengorbanan mereka. Kuras tenaga, peras keringat demi kelanjutan pendidikan
anaknya. Terkadang diriku malu, ia ayah ibu mampu menyekolahkan anaknya hingga
kuliah, sedangkan ia sekolah dasar pun tak tuntas, bagaimana dengan diriku
nanti?.
Ayah ibu saat ini masih
tengah berjuang, do’akan anak mu agar sukses, agar diriku ini dapat berbuat
lebih untuk membalas jasamu. Saat ini ku hanya bisa membahagiakan mu dengan
hasil belajarku yang memuasakan dan menaati pesan-pesan yang pernah engkau
sampaikan sebelum ku menimba ilmu di kota. Maafkan anak mu, saat ini itulah
mahakarya yang baru mampu ku berikan.
Tapi, wahai ayah ibu ingin rasanya diriku ini
memberimu kado pergi umrah ke tanah suci makkah serta makan bersama di restoran
mewah, ingin rasanya ku ulang masa kecilku meminta suap, tapi kurasa giliranmu
lebih pantas yang aku suapi, sebagai bukti rasa baktiku...
Temukan Kami di :
sekre LDK FOKSIA
halaman fb : fobefoksia
website : fbfoksia.blogspot.com
twitter : @foksia_ldk
(Master Plan Penulis)
(Master Plan Penulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar